Rabu, 10 Februari 2010

takabur

pertanyaan :

jelaskan pengertian takabur serta mencantumkan akibat sifat-sifat takabur dan cara menjauhi takabur !

jawab :

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk, tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat : "Bersujudlah kamu kepada Adam ", maka merekapun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak , temasuk golongan yang bersujud. Allah berfirman : "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab Iblis : Saya lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman : "Turunlah kamu dari durga ini; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah. Sesungguhnya kamu termasuk mahluk yang hina".

alah satu penyakit hati yang dapat menutup jalannya hidayah Allah kepada kita adalah takabur. Penyakit ini bisa melanda seluruh lapisan masyarakat, dari yang kaya sampai yang miskin, orang alim dan bodoh, yang muslim maupun non muslim, dll.

Sombong adalah watak utama dari Iblis, seperti yang bergambar pada ayat di atas. Sifat sombong memang bisa hinggap pada siapapun, namun yang lebih dominan adalah mereka yang mempunyai banyak potensi. Manusia yang hanya diberi ilmu sedikit saja oleh Allah, sudah dianggap dirinya paling pandai. Sehingga segalanya dikaitkan dengan otaknya. Filsafat mulai berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah agama. Padahal Allah swt berfirman : "Dan tidaklah kamu diberi ilmu melainkan hanya sedikit saja" (QS. Al-Isra : 85)

Manusia yang hanya diberi sedikit harta, sudah merasa dialah pemilik segalanya. Setelah itu timbullah keinginan untuk berkuasa karena hartanya, akhirnya lahirlah manusia tipe Qarun. Kemanapun ia pergi sandarannya adalah harta. Dalam hal ini Allah swt berfirman : "Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya, ketika mereka berbincang-bincang : "Hartaku lebih banyak dan pengikutku lebih kuat". (QS. Al-Kahfi :34)

Semakin banyak potensi pada diri seseorang, maka harus semakin waspadalah dia terhadap sifat sombong.

Inti penyakit sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia. Untuk penyembuhan penyakit takabur tidak ada obatnya kecuali yang datang Pemilik Yang Maha Segalanya. Allah swt telah memberi resep obat untuk mengobati penyakit ini kepada Nabi Musa as. Nabi Musa nyaris terhinggap penyakit ini pada saat ditanya oleh pengikutnya : "Ya guru, siapakah orang yang paling pandai di muka bumi ini ? Beliau menjawab : "Akulah orangnya". Pada saat itu Allah langsung menegurnya dan diperintahnya untuk mencari seorang hamba Allah yang shaleh dipertemuan dua lautan. Kisah inilah yang oleh sebagian musafir disebut sebagai proses pendidikan (tarbiyah), kisah Nabi Musa yang bertemu dengan Nabi Khaidir dan menyandarkan kembali hakekat dirinya. Dari kisah yang terangkum dalam QS. Al-Kahfi ayat 60 s/d 82 itu tergambar ibrah (pelajaran) bagi kita, bahwa tarbiyah adalah suatu proses pendidikan yang tidak terbatas pada ilmu, melainkan juga mencakup masalah kerja. Ia merupakan proses yang menyeluruh, meliputi aliyah ruhiyah dan jasadiyah.

Ada beberapa ibrah dari kisah ini, yaitu :

1. Proses tarbiyah yang dilakukan nabi Musa berguru kepada Nbi Khaidir. Ia berguru kepadanya walaupun tempat dan orangnya belum diketahui. Artinya, cara yang paling efektif mentarbiyah diri adalah dengan mencari guru yang dapat membentuk seluruh kepribadian kita. Di sinilah terjadi interaktif antara guru dan murid dan amal.

2. Pencarian yang kontinyu. Sebagaimana firman-Nya : "Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya : "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai aku akan berjalan bertahun-tahun" ( QS. Al-Kahfi : 60)

Dalam proses ini harus ditanamkan sikap kesungguhan dalam pencarian. Artinya

niatnya tak luntur oleh kesulitan yang menghadang. Seperti halnya kesungguhan Salman Al-Farisi dalam mencari kebenaran adalah ibrah bagi kita. Berkali-kali mencari guru yang dapat membawanya kepada yang hak, sampai nabi Muhammad saw di padang pasir.

Semakin tinggi tingkat pencarian, insya Allah akan semakin nyata pula hasilnya. Sedang tahapan dalam proses pencarian adalah sebagaimana Allah nyatakan dalam Al-Quran "Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk dapat pelajaran) sedang ia takut kepada Allah…" (QS.’Abasa: 8-9)

Ada 3 bahasan dalam ayat di atas :

1. Datang

Orang yang akan melaksanakantarbiyah harus mau datang ke tempat di mana proses tarbiyah itu berlangsung. Dalam pepatah dikatakan : "Barang siapa bersungguh-sungguh, ia pasti dapat". Dengan datangnya ke tempat tarbiyah menunjukkan perhatian yang penuh kepada tarbiyah. Lain halnya dengan orang yang mencari ilmu dengan hanya menunggu dirumah, maka hasilnyapun akan menuntut kita menunggu dan menunggu.

2. Bersegera

Tingkat kesungguhan seseorang terhadap tarbiyah dapat dilihat dari upayanya atau setidaknya dalam proses mencari. Untuk mencapai tujuan, ada orang yang berjalan cepat, tapi tak sedikit orang yang berjalan dengan santai. Orang yang mempercepat langkahnya tentu akan lebih cepat pula sampai ke tujuan. Di samping menunjukkan kesungguhan.

3. Takut

Dorongan atau motivasi seseorang untuk datang dengan segera kepada tarbiyah dapat bermacam-macam. Akan tetapi Allah menegaskan hanya ada satu alasan yang pantas, yaitu rasa takut kepada Allah. Dengan motivasi inilah ikatannya dengan tarbiyah adalah ikatan ukhrawi yang kekal, ia bukan terikat dengan hal-hal duniawi. Pada hakekatnya, proses pencarian tarbiyah adalah amanah Allah. Manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya, diwajibkan untuk melakukan ibadah kepada Allah.

Seluruh pancaindranya, penghayatan hatinya, kemampuan berpikirnya tidak untuk digunakan dalam hal yang lain kecuali untuk di jalan-Nya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak demikian. Dalam hal ini Allah swt berfirman : "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tabda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai" (QS. AlAraf : 179)

Begitu beratnya amanah Allah kepada manusia, begitu berat pula yang akan dipikul manusia kelak diakhirat nanti, jika melalaikannya. Hanya orang berilmu saja yang takut adzab Allah. (QS. Fathir :28)

sholat sunnah

pertanyaan :

tuliskan perbedaan sholat sunnah dan sholat munfarid dengan mengikut sertakan contoh dan dahlil yang terkait !

jawaban :

sholat sunnah yaitu sholat yang hukum pelaksanaannya dianjurkan ,apabila dilaksanakan ALLAH memberikan pahala dan keutamaan khusus melebihi orang islam yang tidak melaksanakan sholat sunnah .

contoh sholat sunnah dan sholat munfarid :

SHOLAT SUNNAH BERJAMAAH :

-sholat idain (sholat hari raya idul fitri dan idul adha)

-sholat istisqa (shalat untuk meminta hujan)

-sholat kusuf (shotat gerhana matahari dan gerhana bulan)

SHOLAT SUNNAH DENGAN BERJAMAAH ATAU MUNFARID

-sholat tarawih (Shalat sunah pada malam bulan ramadhan)

-sholat wittir (shalat sunnah yang ganjil)

-sholat dhuha (shalat sunnah pagi hari)

-sholat tahajud (Shalat sunah malam hari untuk memohon keinginan)

-sholat tasbih (shalat sunnah disertai zikir tasbih)

dahlil sholat sunnah dan sholat munfarid :

“Peliharalah semua sholat dan sholat wustha dan berdirilah dengan tenang karena Allah. Jika kamu dalam ketakutan, sholatlah dengan berjalan kaki atau berkendaraan. Jika kamu dalam keadaa aman, ingatlah kepada Allah dengan cara yang telah diajarkan kepada kamu yang mana sebelumnya kamu tidak mengetahui (cara tersebut).” (QS. Al Baqarah : 238).

“Bila engkau berdiri untuk sholat, sempurnakanlah wudhu’mu, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah.”

(HR. Bukhari, Muslim dan Siraj).

firman Allah dalam Surah Al Baqarah : 115:

“Kemana saja kamu menghadapkan muka, disana ada wajah Allah.”

“Kami telah melihat kamu menengadahkan kepalamu ke langit. Kami palingkan kamu ke kiblat yang kamu inginkan. Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu ke sebagian arah Masjidil Haram.” (QS. Al Baqarah : 144).

“Sesungguhnya semalam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mendapat wahyu, beliau disuruh menghadap Ka’bah. Oleh karena itu, (hendaklah) kalian menghadap ke sana.” Pada saat itu mereka tengah menghadap ke Syam (Baitul Maqdis). Mereka lalu berputar (imam mereka memutar haluan sehingga ia mengimami mereka menghadap kiblat). (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Siraj, Thabrani, dan Ibnu Sa’ad. Baca Kitab Al Irwa’, hadits No. 290).

“Janganlah kamu sholat tanpa menghadap sutrah dan janganlah engkau membiarkan seseorang lewat di hadapan kamu (tanpa engkau cegah). Jika dia terus memaksa lewat di depanmu, bunuhlah dia karena dia ditemani oleh setan.”

(HR. Ibnu Khuzaimah dengan sanad yang jayyid (baik)).

“Bila seseorang di antara kamu sholat menghadap sutrah, hendaklah dia mendekati sutrahnya sehingga setan tidak dapat memutus sholatnya.”

(HR. Abu Dawud, Al Bazzar dan Hakim. Disahkan oleh Hakim, disetujui olah Dzahabi dan Nawawi).

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri shalat dekat sutrah (pembatas) yang jarak antara beliau dengan pembatas di depannya 3 hasta.”

(HR. Bukhari dan Ahmad).

“Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan) sesuai dengan niatnya.”

(HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain. Baca Al Irwa’, hadits no. 22).

“Sesungguhnya sholat seseorang tidak sempurna sebelum dia berwudhu’ dan melakukan wudhu’ sesuai ketentuannya, kemudian ia mengucapkan Allahu Akbar.”

(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Thabrani dengan sanad shahih).

“Apabila engkau hendak mengerjakan sholat, maka sempurnakanlah wudhu’mu terlebih dahulu kemudian menghadaplah ke arah kiblat, lalu ucapkanlah takbiratul ihrom.”

(Muttafaqun ‘alaihi).

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu jika hendak memulai sholat, setiap kali bertakbir untuk ruku’ dan setiap kali bangkit dari ruku’nya.”

(Muttafaqun ‘alaihi).

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang telinga setiap kali bertakbir (didalam sholat).”

(HR. Muslim)

“Kami, para nabi diperintahkan untuk segera berbuka dan mengakhirkan sahur serta meletakkan tangan kanan pada tangan kiri (bersedekap) ketika melakukan sholat.”

(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Hibban dan Adh Dhiya’ dengan sanad shahih).

“Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir kemudian meletakkan tangan kanannya di atas telapak tangan kiri, pergelangan tangan kiri atau lengan kirinya.”

(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, dengan sanad yang shahih dan dishahihkan pula oleh Ibnu Hibban, hadits no. 485).

“Tetapi beliau terkadang menggenggamkan jari-jari tangan kanannya pada lengan kirinya.”

(sanad shahih).

“Beliau meletakkan kedua tangannya di atas dadanya.”

(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Ahmad dari Wail bin Hujur)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengalihkan pandangannya dari tempat sujud (di dalam sholat).”

(HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).

“Hendaklah sekelompok orang benar-benar menghentikan pandangan matanya yang terangkat ke langit ketika berdoa dalam sholat atau hendaklah mereka benar-benar menjaga pandangan mata mereka.”

(HR. Muslim, Nasa’i dan Ahmad).

“Jika kalian sholat, janganlah menoleh ke kanan atau ke kiri karena Allah akan senantiasa menghadapkan wajah-Nya kepada hamba yang sedang sholat selama ia tidak menoleh ke kanan atau ke kiri.”

(HR. Tirmidzi dan Hakim).

“Tidak dianggap sholat (tidak sah sholatnya) bagi yang tidak membaca Al-Fatihah”

(Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Jama’ah: yakni Al-Imam Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-i dan Ibnu Majah).

“Barangsiapa yang sholat tanpa membaca Al-Fatihah maka sholatnya buntung, sholatnya buntung, sholatnya buntung…tidak sempurna”

(Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim dan Abu ‘Awwanah).

“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk…”

(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad hasan).

Dari Abu hurairah, dia berkata: “Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika selesai membaca surat Ummul Kitab (Al-Fatihah) mengeraskan suaranya dan membaca amin.”

(Hadits dikeluarkan oleh Imam Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ad-Daraquthni dan Ibnu Majah, oleh Al-Albani dalam Al-Silsilah Al-Shahihah dikatakan sebagai hadits yang berkualitas shahih)

“Bila Nabi selesai membaca Al-Fatihah (dalam sholat), beliau mengucapkan amiin dengan suara keras dan panjang.”

(Hadits shahih dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Abu Dawud)

“Bila imam selesai membaca ghoiril maghdhuubi ‘alaihim waladhdhooolliin, ucapkanlah amiin [karena malaikat juga mengucapkan amiin dan imam pun mengucapkan amiin]. Dalam riwayat lain: “(apabila imam mengucapkan amiin, hendaklah kalian mengucapkan amiin) barangsiapa ucapan aminnya bersamaan dengan malaikat, (dalam riwayat lain disebutkan: “bila seseorang diantara kamu mengucapkan amin dalam sholat bersamaan dengan malaikat dilangit mengucapkannya), dosa-dosanya masa lalu diampuni.”

(Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa-i dan Ad-Darimi)

“Perindahlah/hiasilah Al-Qur-an dengan suara kalian [karena suara yang bagus menambah keindahan Al-Qur-an].”

(Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari , Abu Dawud, Ad-Darimi, Al-Hakim dan Tamam Ar-Razi)

“Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak melagukan Al-Qur-an.”

(Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Al-Hakim, dishahihkan oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)

Beliau pernah melihat orang yang ruku’ dengan tidak sempurna dan sujud seperti burung mematuk, lalu berkata: “Kalau orang ini mati dalam keadaan seperti itu, ia mati diluar agama Muhammad [sholatnya seperti gagak mematuk makanan] sebagaimana orang ruku’ tidak sempurna dan sujudnya cepat seperti burung lapar yang memakan satu, dua biji kurma yang tidak mengenyangkan.”

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Ya’la, Al-Ajiri, Al-Baihaqi, Adh-Dhiya’ dan Ibnu Asakir dengan sanad shahih, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)

Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam An-Nasa-i yang artinya: “Ia (Wa-il bin Hujr) berkata: “Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdiri dalam sholat, beliau memgang tangan kirinya dengan tangan kanannya.”

Berkata Al-Imam Al-Bukhari dalam shahihnya: “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, ia berkata dari Malik, ia berkata dari Abu Hazm, ia berkata dari Sahl bin Sa’d ia berkata: “Adalah orang-orang (para shahabat) diperintah (oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ) agar seseorang meletakkan tangan kanannya atas lengan kirinya dalam sholat.” Komentar Abu Hazm: “Saya tidak mengetahui perintah tersebut kecuali disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam .”

“Kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau berdiri dengan tegak [sehingga tiap-tiap ruas tulang belakangmu kembali pata tempatnya].” (dalam riwayat lain disebutkan: “Jika kamu berdiri i’tidal, luruskanlah punggungmu dan tegakkanlah kepalamu sampai ruas tulang punggungmu mapan ke tempatnya).”

(Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim, dan riwayat lain oleh Ad-Darimi, Al-Hakim, As-Syafi’i dan Ahmad)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri terkadang dikomentari oleh shahabat: “Dia telah lupa” [karena saking lamanya berdiri].

(Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Dari Wail bin Hujr, berkat, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya dan apabila bangkit mengangkat dua tangan sebelum kedua lututnya.”

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Tirmidzi An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ad-Daarimy)

“Terkadang beliau mengangkat kedua tangannya ketika hendak sujud.”

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam An-Nasa’i dan Daraquthni)

“Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya [dan membentangkan] serta merapatkan jari-jarinya dan menghadapkannya ke arah kiblat.”

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Al-Hakim, Al-Baihaqi)

“Beliau meletakkan tangannya sejajar dengan bahunya”

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Tirmidzi)

“Terkadang beliau meletakkan tangannya sejajar dengan daun telinganya.”

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam An-Nasa’i)

Dari Ibnu ‘Abbas berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Aku diperintah untuk bersujud (dalam riwayat lain; Kami diperintah untuk bersujud) dengan tujuh (7) anggota badan; yakni kening sekaligus hidung, dua tangan (dalam lafadhz lain; dua telapak tangan), dua lutut, jari-jari kedua kaki dan kami tidak boleh menyibak lengan baju dan rambut kepala.”

(Hadits dikeluarkan oleh Al-Jama’ah)

Dari Abu Humaid As-Sa’diy, bahwasanya Nabi shalallau ‘alaihi wasallam bila sujud maka menekankan hidung dan dahinya di tanah serta menjauhkan kedua tangannya dari dua sisi perutnya, tangannya ditaruh sebanding dua bahu beliau.”

(Diriwayatkan oleh Al Imam At-Tirmidzi)

Dari Anas bin Malik, dari Nabi shalallau ‘alaihi wasallam bersabda:

“Luruskanlah kalian dalam sujud dan jangan kamu menghamparkan kedua lengannya seperti anjing menghamparkan kakinya.”

(Diriwayatkan oleh Al-Jama’ah kecuali Al Imam An-Nasa-i, lafadhz ini bagi Al Imam Al-Bukhari)

“Beliau mengangkat kedua lengannya dari lantai dan menjauhkannya dari lambungnya sehingga warna putih ketiaknya terlihat dari belakang”

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim)

Dari ‘A-isyah berkata: “Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghamparkan kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang kanan, baliau melarang dari duduknya syaithan.”

(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim)

*Komentar Syaikh Al-Albani: duduknya syaithan adalah dua telapak kaki ditegakkan kemudian duduk dilantai antara dua kaki tersebut dengan dua tangan menekan dilantai.

Dari Rifa’ah bin Rafi’ -dalam haditsnya- dan berkata Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apabila engkau sujud maka tekankanlah dalam sujudmu lalu kalau bangun duduklah di atas pahamu yang kiri.”

(Hadits dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan lafadhz Abu Dawud)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang duduk iq’ak, yakni [duduk dengan menegakkan telapak dan tumit kedua kakinya].

(Hadits dikeluarkan oleh Muslim)

“Kemudian beliau duduk, maka beliau hamparkan kakinya yang kiri dan menaruh tangannya yang kiri atas pahanya dan lututnya yang kiri dan ujung sikunya diatas paha kanannya, kemudian beliau menggenggam jari-jarinya dan membuat satu lingkaran kemudian mengangkat jari beliau maka aku lihat beliau menggerak-gerakkannya berdo’a dengannya.”

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa-i).

“Dari Abdullah Bin Zubair bahwasanya ia menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan jarinya ketika berdoa dan tidak menggerakannya.”

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud).

Dari ‘Amir bin Sa’ad, dari bapaknya berkata: Saya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga terlihat putih pipinya.

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu Majah)

Dari ‘Alqomah bin Wa-il, dari bapaknya, ia berkata: Aku sholat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau membaca salam ke sebelah kanan (menoleh ke kanan): “As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.” Dan kesebelah kiri: “As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi.”

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)

“Mengapa kamu menggerakkan tangan kamu seperti gerakan ekor kuda yang lari terbirit-birit dikejar binatang buas? Bila seseorang diantara kamu mengucapkan salam, hendaklah ia berpaling kepada temannya dan tidak perlu menggerakkan tangannya.” [Ketika mereka sholat lagi bersama Rasullullah, mereka tidak melakukannya lagi]. (Pada riwayat lain disebutkan: “Seseorang diantara kamu cukup meletakkan tangannya di atas pahanya, kemudian ia mengucapkan salam dengan berpaling kepada saudaranya yang di sebelah kanan dan saudaranya di sebelah kiri).

(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim, Abu ‘Awanah, Ibnu Khuzaimah dan At-Thabrani).

sejarah tradisi islam nusantara

pertanyaan:

jelaskan sejarah tradisi islam nusantara dari awal dia masuk islam sampai saat ini !

jawaban :

1. Melalui Proses Perdagangan

Penyebaran Islam di Nusantara melalui saluran perdagangan, artinya pendakwah itu disamping membawa barang dagangannya, mereka pada sore hati (setelah berjualan) atau di sela-sela waktu senggang dimanfaatkan untuk menceritakan hal ihwal tentang agama Islam kepada masyarakat di mana ia berdagang, walaupun secara sederhana. Dengan cara ini ternyata dapat dipahami sehingga dari waktu ke waktu penganut Islam semakin bertambah, meskipun penyebarannya ketika itu belum merata ke daerah-daerah di Nusantara. Namun demikian, jumlah penganut semakin melonjat, bahkan bangsa kita sendiri yang kemudian ikut menyebarkannya. Dengan demikian selain mencari keuntungan ala kadarnya para pedagang itu juga mengajar masyarakat memeluk agama Islam. Motif perluasan agama ini sepenuhnya murni untuk menyebarkan ajaran Islam. Pada saat yang sama, penduduk pribumi yang bersedia masuk Islam menjadi lebih mudah diajak bekerja sama.

2. Melalui Proses Struktur Sosial

Pada perkembangan berikutnya, struktur sosial ini dimanfaatkan oleh para ulama untuk menyebarkan ajaran Islam. Sebab jika raja-raja atau kaum bangsawan sudah lebih dulu masuk Islam, maka dengan sendirinya rakyatnya akan mengikuti jejak-jejak para bangsawan / raja tersebut. Dari kontak-kontak sosial ini, selanjutnya menyebar kepada yang lainnya, dimulai dari keluarga, kerabat, teman dekat, tetangga dan yang lainnya, sampai batas pulau sekalipun. dengan cara ini pula penyebaran Islam di Nusantara semakin efektif dan semakin bertambah pengikutnya.

3. Melalui Proses Pengajaran

Selain cara yang dijelaskan diatas, para pedagang dari Timur Tengah mengemban misi penyebaran agama Islam melalui pengajian, yaitu dengan membuka lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang selanjutnya dinamakan lembaga pendidikan pesantren. Perkembangan selanjutnya lembaga-lembaga pendidikan Islam atau organisasi keagamaan ini banyak ditemui di tanah air, seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Persatuan Umat Islam (PUI), dan Persatuan Tarbiyah (Perti).

Melalui proses pengkaderan atau penggodokan itulah, muncul para ulama-ulama yang ahli dalama bidang agama islam. Para ulama yang telah memperoleh pendidikan tersebut, kemudian menyebarkan dan menjadi ujung tombak dalam ikut menyebarkan agama Islam. Semua kalangan menjadi garapannya, mulai kaum atas, hingga rakyat biasa

4. seni rupa

a. tradisi islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan

b. seni ukir relief berupa saluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula sinkretisme

c. sinkretisme adalah perpaduan 2 jenis seni logam

5. aksara dan seni satra

a .bahasa dan huruf arab

b. Hikayat : dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah

c. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton

d. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf

e. Primbon adalah hasil sastra yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.

6. Sistem Pemerintahan

a. Kerajaan-kerajaan Hindu Budha digantikan kerajaan-kerajaan Islam.

b. Rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali

c. Jika rajanya meninggal tidak lagi dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.

7. Sistem Kalender

a. Munculnya kalender Jawa yang dibuat Sultan Agung menggantikan kalender Saka.

5.Seni Bangunan/Arsitektur

a. Terutama mempengaruhi bangunan masjid, makam, istana.

b. Masjid-masjid memiliki ciri-ciri khusus, antara lain:

c. Atapnya berbentuk tumpang

d. Tidak dilengkapi dengan menara

e. Bedug dan kentongan yang merupakan budaya asli Indonesia.

f. Letak masjid biasanya dekat dengan istana

g. Beberapa jenis masjid di Indonesia :

h. masjid jami

i. masjid madrasah

j. masjid makam

k. masjid tentara dan madrasah.

l. Bangunan-bangunan lain yang muncul : istana- istana/kraton, bangunan benteng

penahanan, dan makam-makam.

*Rumah Gadang

-Gaya seni bina, pembinaan, hiasan bahagian dalam dan luar, dan fungsi rumah mencerminkan kebudayaan dan nilai Minangkabau.

*Rumah Banjar

-Mulai sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Bangunan Rumah Adat Banjar diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang kemudian memeluk agama Islam

Sebagai Contoh salah satu bentuk akulturasi yang bisa kita temui dalam saluran Kesenian, Sistem Pemerintahan, Sistem Penanggalan, dan Teknologi.

faktor-faktor agama islam dapat cepat berkembang kenegara lain :

1. mengucapkan 2 kalimat syahadat

2. islam tidak mengenal sistem kasta

3. islam tidak menentang adat dan tradisi setempat

4. dalam penyebaran dilakukan jalan damai

Selasa, 08 Desember 2009

persiapan ujian semester1/agama islam/pai.2009-2010/pag gunawan

persiapan ujian semester1/agama islam/2009-2010/pag gunawan
1. tuliskan 5 gejala alam yang menandai adanya ilmu !!
2 apa yang kamu ketahui tentang:
a. pahala d. malaikat
b. surga e. alam kubur
c. neraka
3. sebutkan gejala yang nyata tentang terjadinya kiamat !
4. sebutkan hukum ALLAH yang terdapat dalam AL-QURAN !
5. caruilah suatu dahlil yang menjelaskan bahwa AL-QURAN sebagai
a. kalam ALLAH
b ilmu ALLAH
6. carilah tafsiran atau penjelasan secara menyeluruh (bukan terjemahan al-quran) tentang surah at-tin



jawab :
1. Secara umum, filsafat dapat dirumuskan sebagai: upaya untuk mempelajari dan mengungkapkan pengembaraan manusia di dunianya menuju akhirat secara mendasar. Jadi, memakai peristilahan Abad Pertengahan, manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat adalah objek material (apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan/materi). Sedangkan, objek formal filsafat (cara pendekatan pada suatu objek material yang sedemikian khas sehingga mencirikan, atau mengkhususkan bidang kegiatan bersangkutan, entah itu pengetahuan, agama ataupun kesenian dan sebagainya) adalah upaya mendalami dan mencapai the first causes, ataupun the last causes, atau sebab terdalam dari objek materialnya. Singkatnya, filsafat merupakan upaya dimana objek materialnya (manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat) dipelajari menurut the first causes. Berdasarkan rumusan ini, ada tiga kata kunci objek kajian filsafat: manusia, dunia, akhirat. Meskipun ketiga kajian ini dapat dibedakan sebagai satu bidang kajian khusus (manusia: filsafat manusia, dunia: filsafat alam, akhirat: filsafat ketuhanan), namun ketiganya tidak dapat dipisahkan.
Di dan Menuju
Selanjutnya, istilah di dan menuju menunjukkan dinamika keterarahan yang diharapkan terwujud dengan baik. Inilah bidang filsafat etika yang menyoroti tingkah laku manusia agar dapat hidup dan berperilaku dengan baik. Lalu, sorotan dan kajian atas manusia, alam, ketuhanan dan patokan-patokan etis itu harus terjadi dengan benar. Maksudnya, menurut kenyataan yang disadari dengan tepat. Inilah bidang kajian filsafat pengetahuan yang bertugas menyoroti gejala pengetahuan manusia berdasarkan sudut the first causes. Pokok bahasannya meliputi: apakah suatu pengetahuan itu benar, tetap, dan terpecaya, tidak berubah atau malah berubah-rubah terus, bergerak dan berkembang; dan jika berkembang, kemanakah arah perkembangannya.
Jadi, gejala pengetahuan merupakan objek material filsafat pengetahuan. Filsafat pengetahuan dapat dibagi: filsafat pengetahuan secara umum (mengkaji hal-hal umum di atas) dan filsafat ilmu pengetahuan (mengkaji gejala ilmu-ilmu pengetahuan sebagai bidang pengetahuan khas menurut the final causes). Ilmu pengetahuan sendiri dimengerti sebagai pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapaiannya dipertanggungjawabkan secara teoritis.
Gejala Pengetahuan
“Segala manusia ingin mengetahui” tutur Aristoteles dalam Metaphysica. Pengetahuan berlangsung dalam dua bentuk dasar. Pertama, Pengetahuan demi pengetahuan; mengetahui demi mengetahui an sich dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia. Kedua, pengetahuan untuk digunakan dan diterapkan, seperti untuk melindungi, mempermudah pekerjaan, meningkatkan kesehatan dll. Dalam dua bentuk dasarnya itu, pengetahuan mustahil dibedakan secara tegas si pengenal (subjek) dan yang dikenal (objek). Yang satu tidak tidak pernah ada tanpa yang lain. Keduanya merupakan kesatuan asasi. Kedua hal tersebut adalah dua unsur dari gejala yang sama.
Intensionalitas
Kutipan dari Aristoteles di atas menunjukkan ada keterarahan untuk mengetahui dan mengenal. Rasa ingin tahu dan mengenal itu berlangsung sepanjang hayat manusia. Karenanya, pengetahuan bersifat sementara dan terbuka sebab manusia terus-menerus melakukan pencarian kognitif. Tidak salah jika, salahsatu ciri khas pengetahuan adalah bertanya sambil mencari, yang merupakan sintesis tiada henti antara “sudah tahu” dan “belum tahu”. Keterarahan dan intensionalitas yang terus-menerus bertanya itu dalam suatu hubungan timbal-balik antara manusia dengan dunianya. Keduanya ingin mengenal dan ingin dikenal, saling mengenalkan diri, agar saling memperkaya dan memperkembangkannya.
Manusia adalah kesatuan jiwa raga dalam hubungan timbal balik dengan dunia dan sesamanya. Ada unsur jasmani yang membuat manusia sama dengan dunia di luar dirinya, dan ada unsur jiwa (jiwa/ soul, anima, psuche) yang membuat manusia mengatasi dunia di sekitar dirinya. Jiwa ini bersifat ruhani. Karenanya, kerap disebut jiwa-ruhani (spiritual soul, anima spiritualis). Faktor inilah yang memungkinkan transendensi pengetahuan manusia, dibandingkan dengan pengetahuan bukan manusia. Oleh sebab itu, semua tindakan manusia menampakkan kesatuan jiwa raga tersebut, termasuk tindak mengenal dan mengetahui.
Pengenalan manusia tampak pada pengetahuan indrawi, yang memiliki kemiripan dengan pengetahuan indrawi hewan juga. Pengalaman dan pengenalan manusia bersifat konkret, terikat pada tempat dan waktu tertentu (hic et nunc). Namun, berkat ingatan dan perbandingannya manusia mampu melepaskan “sang kini dan di sini” pengalamannya, yakni menarik (to abstract, abstrahere) sesuatu yang umum dari pengetahuan konkret yang mendahuluinya. Itulah abstraksi yang menghasilkan pengetahuan abstrak. Yang “kini dan di sini” disebut partikular, dan yang “umum” diberi nama universal (berlaku umum). Jadi, pengetahuan manusia sebagai kesatuan jiwa-raga terjadi dalam bentuk abstraksi, pengetahuan manusia—sebagai gejala yang menyeluruh—bersifat abstrak.
Bahasa: Sosialitas dan Historisitas Pengetahuan
Pengenalan dan pengetahuan umum itu menjelma dalam bahasa yang serentak bersifat jasmani dan rohani. Yang konkret dengan yang abstrak, yang partikular dengan yang universal, bersatu-padu dalam bahasa. Pengetahuan manusia termanisfestasi dalam gejala bahasa. Bahasa tertuju ke dunia sekitar, ditangkap oleh dunia: dunia manusia, sesama manusia. Karenanya, bahasa merupakan tempat terjadinya pengetahuan yang menunjukkan sosialitas sebagai salah satu unsur khas tindakan pengetahuan. Historisitas pun ditunjukkan karena gejala bahasa diwarnai oleh sejarah. Singkatnya, pengetahuan manusia memiliki ciri sosial dan historis, yang terjadi dalam tradisi. Pengetahuan manusia meneruskan serta memperbaharui dirinya tanpa bisa lepas dari masa lampaunya.
Gejala Ilmu Pengetahuan
“Gejala kesadaran akan pengetahuan” terdapat pada tindakan pengetahuan secara tersirat, yang jika ditersuratkan, maka terjadi refleksi. Berkat refleksi, pengetahuan yang semula langsung dan spontan, kehilangan kelangsungan dan spontanitasnya, namun serentak pengetahuan itu cocok untuk diatur secara sistematis sehingga isinya bisa dipertanggungjawabkan.
Pada dasarnya, pembentukan ilmu pengetahuan didasarkan pada pengetahuan yang sudah ada, yang dikumpulkan lalu diatur dan disusun. Proses ini menjadi jelas dalam upaya setiap ilmu untuk menyusun sebuah model. Model yang dimaksud adalah penghadiran kembali yang padat dan ringkas dari apa yang sudah dikumpulkan dalam pengetahuan umum maupun ilmiah.
Ada dua model. Pertama, manusia semakin mau mendekati apa yang merupakan objek pengetahuan ilmiah ataupun mau menarik objek itu padanya. Agar berhasil, ilmuwan membuat model lahir dan nyata. Model itu sangat memperkecil ukuran kenyataan tertentu, dan kerap kali memperbesar ukuran kenyataan tertentu lain, yang adanya diandaikan. Yang diharapkan adalah suatu pengertian berdasarkan pemandangan model yang berbentuk gambar. Penyederhanaan ini merupakan suatu abtraksi, tetapi objek yang dipelajari itu tampak semakin masuk akal. Model ini mewakili kelompok ilmu empiris (empirical: meraba-raba) atau aposteriori (post: “sesudah”, karena semua ungkapan ilmu-ilmu tersebut baru terjadi sesudah pengamatan) yang mementingkan pengamatan dan penelitian. Hasil pengamatan dirangkum dalam model. Model ini dapat dilacak akarnya pada pemikiran Aristoteles
Kedua, Manusia semakin mau mengerti apa yang merupakan objek pengetahuan ilmiah, seolah-olah hendak memasuki susunan objek yang sedang dipelajari itu sedalam-dalamnya. Diharapkan akan didapat pengertian “dari dalam”. Pengertian “dari dalam” itu biasanya terjadi dalam ilmu-ilmu yang suka memakai rumus-rumus matematis sebagai modelnya. Model itu disebut model abstrak. Model ini mewakili kelompok ilmu yang seakan-akan ingin segera menagkap susunan keniscayaan (structure of necessity) yang mendasari segala kenyataan secara apriori (prius: “sebelum”, karena ilmu-ilmu ini ingin menentukan apa yang mendahului adanya segala kenyataan). Akar pemikiran model ini adalah Plato.


2. pahala : balasan yang diterima seseorang jika dia melakukan kebaikkan
surga : lokasi berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidupnya berbuat kebajikan sesuai agama
neraka : tempat kesengsaraan abadi setelah mati
malaikat : makhluk yang memiliki kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah ALLAH
alam kubur : imana manusia melakukan penantian untuk dibangkitkan pada hari kiamat


3.1. munculnya dajjal
2. munculnya imam mahdi
3. turun nya nabi isa a.s kebumi
4. munculnya ya'juj dan ma' juj



4. 1. jinayat : peraturan yang berhubungan dengan tindakan kriminal
2. mumalat/ mu'amalat : hukum yang berisi peraturan perdataan
3. munakahat : peraturan yang mengatur masalah pernikahan
4. jihad : segala bentuk peraturan yang mengenai peperangan
5. faraidh : peraturan yang mengatur tentang harta pustaka



5. A. ibn abbas mentafsiri QS Az-Zumar/ 28 maknanya bukan makhlu.
B. Hadis riwayat abi darda bahwasnnya rasulullah bersabda yang artinya "AL-Qur'an adalah kalam ALLAH bukanlah makhluk"
riwayat baihaqi dari anas bin malik yang artinya "AL-QUR'AN adalah kalam ALLAH, dan kalam ALLAH bukanlah makhluk. Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang_-orang (yahudi dan nasrani) yang diberi Al kitab (taurat dan injil) semuah ayat (keterangan), maka mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebahagiaan kiblat yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu -kalau begitu- termaksud golongan orang-orang zalim." (QS.Al-baqoroh: 145).



6. Malik dan Shu `bah meriwayatkan dari` Adi bin Tsabit, yang diriwayatkan bahwa Al-Bara 'bin `Azib ra berkata," Nabi digunakan untuk membaca dalam salah satu Rak `AHS saat bepergian` At-Tin waz-Zaytun' (Surat At -Tin), dan aku tidak pernah mendengar seseorang dengan suara yang lebih bagus atau hafalan daripada dia.''Grup telah mencatat hadis ini dalam buku mereka.
[بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ ] [بسم الله الرحمن الرحيم]
In the Name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful. Dalam Nama Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
[وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ - وَطُورِ سِينِينَ - وَهَـذَا الْبَلَدِ الاٌّمِينِ - لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَـنَ فِى أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ - ثُمَّ رَدَدْنَـهُ أَسْفَلَ سَـفِلِينَ - إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّـلِحَـتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ - فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ - أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَـكِمِينَ ] [والتين والزيتون - وطور سينين - وهذا البلد الامين - لقد خلقنا الإنسن فى أحسن تقويم - ثم رددنه أسفل سفلين - إلا الذين ءامنوا وعملوا الصلحت فلهم أجر غير ممنون - فما يكذبك بعد بالدين - أليس الله بأحكم الحكمين]
(1. By At-Tin and Az-Zaytun.) (2. By Tur Sinin.) (3. By this city of security.) (4. Verily, We created man in the best form.) (5. Then We reduced him to the lowest of the low.) (6. Save those who believe and do righteous deeds. Then they shall have a reward without end.) (7. Then what causes you to deny after this the Recompense) (8. Is not Allah the best of judges) (1. Oleh At-Tin dan Az-Zaytun.) (2. Oleh Tur Sinin.) (3. Dengan keamanan kota ini.) (4. Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik.) (5. Kemudian Kami dikurangi dia ke terendah yang rendah.) (6. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Kemudian mereka akan mendapat pahala tanpa akhir.) (7. Lalu apa yang menyebabkan Anda menolak setelah ini pembalasan) (8. Apakah Bukankah Allah hakim yang terbaik)
The Recitation of Surat At-Tin in the Prayer while traveling The Recitation of Surat At-Tin dalam salat saat bepergian
Malik and Shu`bah narrated from `Adi bin Thabit, who narrated that Al-Bara' bin `Azib said, "The Prophet used to recite in one of his Rak`ahs while traveling `At-Tin waz-Zaytun' (Surat At-Tin), and I have never heard anyone with a nicer voice or recitation than him.'' The Group has recorded this Hadith in their books. Malik dan Shu `bah meriwayatkan dari` Adi bin Tsabit, yang diriwayatkan bahwa Al-Bara 'bin `Azib ra berkata," Nabi digunakan untuk membaca dalam salah satu Rak `AHS saat bepergian` At-Tin waz-Zaytun' (Surat At -Tin),

Kamis, 08 Oktober 2009

tugas agama

1.Bagaimana menurut kamu tentang manusia adalah makhlik yang sempurna ?
jawab : karna allah telah menciptakan manusia bukan hanya bentuk fisik juga sempurna dalam
segala potensinya , diberi akal untuk berpikir diberi potensi nafsu untuk kebutuhan
hidupnya.

2. Tuliskan maksus dan inti surat dari surat at-tin 1-8 ?
jawab :
inti sari : manusia makhlik yang terbaik rohani dan jasmani tetapi mereka akan dijadikan
orang yang amat rendah jika tidak beriman dan beramal soleh ; allah adalah hakim
yang seadil - adilnya yang menjadikan pokok kemuliaan ialah iman dan amalnya
maksud : jika manusia tidak beriman dan beramal solah baginya nerak dan sebaliknya

3 . Tuliskan ringkasan kandungan dari surat at-tin ?
jawab :
ayat 1-3 :
tin ialah tempat tinggal nabi nuh yaitu damaskus yang banyak tumbh pohon tin ,
zaitun ialahtempat suci kedua umat islam yang banyak tumbuh pohon zaitun ,
turisinin ialah bukit sinai tempat nabi musa menerima wahyu dari allah swt .
tempat tersebut pernah terjadi kezaliman yang sisimbolkan oleh manusia sombong
ayat 4 :
allah menciptakan manusia paling sempurna bukan hanya bentuk fisik juga
potensinya diberi akal untuk berpikir , juga diberi potensi nafsu hingga manusia
mampu berkreaksi untuk kebutuhan hidupnya
ayat 5-6 :
allah menerangkan banyak manusia yang menyimpang tidsak menggunakan
potensinya untuk beribadah akan ditempatkan daneraka , orang-orang yang beriman
dan beramal soleh menjadi ahli surga
ayat 7-8 :
orang-orang yang tidak beriman soleh adalah orang yang mendustakan allah akan
mendapat balasan kelak diakhirat padahal mereka mengetahui akan mati dan
maenghadapi pengadilan allah

4 . Tuliskan arti terjemah dari ayat 1-8 ?
jawab : - demi buah tin dan buah zaitun
- demi bukit sinai
- dan demi kota mekah yang aman ini
- sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya
- kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah - rendahnya neraka
- kecuali orang yang beriman dan beramal soleh , bagi mereka pahala yang tiada
putus - ptusnya
- mak a apakah yang menyebabkan kamu mendustakan hari pembalasan sesudah
adanya keterangan itu ?
- bukan kah allah adalah hakim yang seadil -adilnya ?

5 . Sebutkan satu dalil dari hadist menutut ilmu ?
jawab : menuntut ilmu wajib ats setiap muslim baik laki - laki atau perempuan

6 . Tuliskan keutamaan mencari ilmu dan sebutkan tuags seseorang yang mamiliki ilmu ?
jawab : a . dapat maendekatkan diri kepada allah
b . dapat menigkatkan kualitas bersedekah
c . dapat memiliki derajat yang tinggi
seseoang yang memiliki ilmu harus meyebarkan kepada orang lain